SELAMAT DATANG DI BLOG Cimenk X-Menk SALAM SEJAHTERA UNTUK ANDA
Google Akun
Email:
Sandi:
Anda lupa sandi?

Selasa, 24 September 2013

PROFIL WILAYAH SULBAR

-

Provinsi Sulawesi Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia tanggal 16 Oktober 2004. Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan, sesuai aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam
  • Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 20 Tahun 2002 tanggal 18 September 2002,
  • Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majene Nomor 10 tahun 2000 tanggal 10 Maret 2000,
  • Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Polewali Mamasa Nomor 12/KPTS/DPRD/VI/2000 Tahun 2000 tanggal 19 Juni 2000,
  • Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 42/KPTS/DPRD/2000 Tahun 2000 tanggal 6 Oktober 2000,
  • Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 26/KPTS/DPRD- Mamasa/2003 tanggal 27 Desember 2003,
  • Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamuju Utara Nomor IST/KPTS/DPRD-MAMUJU UTARA/2004 tanggal 23 Agustus 2004.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 ini pula, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pengisian anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat tersebut didasari dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.56-1028 Tahun 2005 tanggal 25 November 2005, dan telah diambil sumpah/janjinya pada tanggal 7 Desember 2005. Dengan selesainya pengisian anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat dan Pemilihan Pimpinan DPRD tersebut merupakan tonggak sejarah baru bagi provinsi ini karena telah mempunyai lembaga perwakilan rakyat yang permanen, utuh dan representatif, yang nantinya diharapkan dapat menjadi penyalur aspirasi rakyat, menjadi mitra sejajar pemerintah daerah.
Gambaran Umum Daerah
Kondisi Geografis Daerah
  1. Letak geografis Provinsi Sulawesi Barat sangat Strategis karena :
    Berada pada sekitar garis khatulistiwa, terletak antara 0o 45'59'' Lintang Selatan, 03o 34'0'' Lintang Selatan, serta 118o 48'59''Bujur Timur hingga 119o 55'06''Bujur Timur.
  2. Memiliki Laut sepanjang Selat Makassar yang merupakan lintas pelayaran Internasional.
  3. Berada pada titk tengah dalam hubungannya dengan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur.
  4. Luas Wilayah daratan Provinsi Sulawesi Barat adalah 16.787,18 Km2
Provinsi Sulawesi Barat memliki batas administrasi daerah antara lain :
  • Dibagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Paser Propinsi Kalimantan Timur
  • Dibagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah
  • Dibagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan
  • Dibagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten, Luas, Jarak ke Ibukota Provinsi :
  • Majene 879,77 Km2, Jarak 143 Km, Persentase 5,18
  • Polman 2.090,05 Km2, Jarak 199 Km, Persentase 12,30
  • Mamasa 2.843,85 Km2, Jarak 292 Km, Persentase 16,74
  • Mamuju 8.221,81 Km2, Jarak 0, Persentase 48,39
  • Mamuju Utara 276 Km2, Jarak 276 Km, Persentase 17,39
Jumlah Bangunan (258.583) Rumah Tempat Tinggal Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 :
  • Mamuju 75.754
  • Polman 87.948
  • Majene 31.080
  • Mamasa 32.119
  • Mamuju Utara 31.682
Gambaran Umum Demografis

Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri atas 5 (lima) Kabupaten memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk BPS pada tahun 2010 berjumlah 1.158.336 jiwa. Berikut rincian jumlah penduduk dan komposisinya berdasarkan jenis kelamin, struktur usia, jenis pekerjaan, dan pendidikan :

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 :
  • Mamuju, Laki-Laki 173.4131 dan Perempuan 163.560, Total 336.973 Jiwa
  • Polman, laki-Laki 193.108 dan Perempuan 203.012, Total 396.120 Jiwa
  • Majene, laki-Laki 73.673 dan Perempuan 77.434, Total 151.107 Jiwa
  • Mamasa, laki-Laki 71.088 dan Perempuan 68.994, Total 140.082 Jiwa
  • Mamuju Utara, Laki-Laki 70.244 dan Perempuan 64.125, Total 134.369 Jiwa


Kondisi Ekonomi
A.   Potensi Unggulan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat memliki sumber daya alam (SDA) baik didarat maupun dilaut seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan pertambangan dan pariwisata. Dari semua potensi yang ada dapat dikatakan sampai saat ini belum tergarap secara optimal karena keterbatasan baik dari sumber daya manusia maupun sarana prasarana yang belum memadai.
Wilayah Povinsi Sulawesi Barat yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, merupakan salah satu jalur lalu lintas pelayaran Nasional dan Internasional memberikan nilai tambah yang sangat menguntungkan bagi pembangunan sosial ekonomi kedepan.
Salah satu pelabuhan antar pulau yang aktif melayani/menghubungkan pulau Kalimantan (Balikpapan) adalah Pelabuhan Fery Simboro Mamuju, Pelabuhan Rakyat Palipi Majene, Pelabuhan Rakyat Mamuju, Pelabuhan Samudra Belang-belang Bakengkeng Mamuju yang telah mulai dikembangkan dan beroperasi untuk kapal penumpang maupun barang seperti pengangkutan minyak CPO dan mangan, serta sejumlah Pelabuhan lain yang dikelola oleh perusahaan swasta nasional di Kabupaten Mamuju Utara.

Disamping itu Bandar Udara Tampapadang berjarak 27 km dari Kota Mamuju, sementara ini mempunyai landasan pacu 2.500 m x 80 m, kondisi ini menggambarkan bahwa bandara tersebut sudah dapat didarati pesawat komersil ukuran Boeing 737 200 yang berpenumpang hingga 150 orang. Untuk sementara ini, bandara Tampa Padang yang merupakan jembatan udara menghubungkan Makassar - Mamuju dan Mamuju - Balikpapan.
 Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari laut dalam, daratan rendah, dataran tinggi dan pegunungan dengan tingkat kesuburan yang tinggi, disamping itu letaknya yang sangat strategis pada posisi silang segitiga emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah lewat pantai barat dengan jarak 445 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, 447 Km dari Palu Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat Makassar/ Kalimantan Timur, memberikan potensi perencanaan pembangunan yang harus ditata dengan baik. Sehingga kekayaan yang terkandung di dalam alam Sulawesi Barat dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk kesejahteraan masyarakatnya.
 B.   Potensi Kehutanan
Potensi hutan di Sulawesi Barat seluas kurang lebih 1.131.908 Ha yang terdiri atas kawasan hutan lindung seluas 669.358 Ha, hutan produksi terbatas (HPT) 321.607 Ha, hutan produksi 61.600 Ha, hutan suaka marga satwa (HSAW) 900 Ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi 78.443 Ha dengan potensi hasil hutan umumnya meliputi : Kayu Eboni, Meranti, Getah Pinus, Jati, Palapi, Durian, Damar, Rotan, Kemiri, dan Kayu Campuran lainnya. Hasil produksi dari sektor kehutanan selama ini telah memberikan kontribusi dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya.
 C.   Potensi Perkebunan
Perkembangan bidang perkebunan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat, sebagai indikatornya adalah terciptanya lapangan kerja, sumber pendapatan utama bagi petani, terutama kakao, kelapa sawit, cengkeh dan kopi penghasil devisa dan pemasok bahan baku agro industri, baik dalam maupun luar negeri. Realisasi pembangunan bidang perkebunan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, keberhasilan yang dicapai tersebut merupakan hasil penerapan/implementasi pola pembangunan yaitu pola UPP dan pola swadaya parsial dengan kegiatan pokok pada intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan difersifikasi.


Data tahun 2010 menunjukkan bahwa luas areal kakao 132.000 Ha dengan produksi mencapai 96.461 ton. Kelapa sawit dengan luas areal 84.248 Ha dengan produksi 1.182.908 ton TBS, Kelapa dalam dan kelapa hibrida dengan luas areal 68.804 Ha dengan produksi 71.688 ton. Kopra, Kopi Rebustra dan Kopi Arabika luas areal tahun 2007 31.215 Ha dengan produksi 10.753 ton.
D.   Potensi Lingkungan Hidup
Potensi lingkungan pada dasarnya diukur dari tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan dan punahnya berbagai endemik dan berkurangnya potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan oleh masyarakat. Deskripsi ini dapat dicermati dari ditemukannya berbagai potensi endemik flora dan fauna yang terdapat di wilayah Sulawesi Barat seperti Burung Mandar Dengkur, Burung Maleo, Anoa Pegunungan, Elang Sulawesi, Musang Sulawesi, Anggrek Jamrud, Anggrek Bulan, dan endemik spesifik lokasi lainnya, serta masih terdapat potensi sumber daya alam yang dapat diproduksi dan dapat memberikan akses ekonomi bagi masyarakat.
 E.    Potensi Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sulawesi Barat terletak di jazirah Sulawesi bagian barat, persis berhadapan langsung dengan Selat Makassar, dengan panjang garis pantai kurang lebih 752 Km.Kondisi tersebut sangat menguntungkan bagi perikanan laut (tangkap) dari berbagai jenis ikan nelayan dan ikan domersal serta ikan-ikan karang. Disamping
itu, juga sangat potensial untuk budidaya perikanan pantai seperti udang, bandeng, taripang dan berbagai jenis komoditas ikan karal.

Salah satu kendala dalam eksploitasi perikanan adalah penggunaan alat tangkap yang masih sederhana. Potensi perikanan laut di Provinsi Sulawesi Barat dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menggali potensi yang ada, melalui budidaya laut, industri tepung ikan dan pengalengan ikan. Potensi perikanan air payau cukup besar daya ketersediaan lahan seluas 13.584,6 Ha tersebar di Kabupaten Polman, Majene, dan Mamuju belum sepenuhnya tergarap. Sementara ini, luas lahan yang sudah berproduksi adalah 10.043,2 Ha dengan produksi untuk tahun 2009 adalah bandeng dan udang, 842 ton.
F.    Potensi Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Sulawesi Barat pada dasarnya merupakan daerah agraris yang sebagian besar kehidupan masyarakat bertumpu pada usaha dibidang pertanian. Potensi pertanian yang besar dan kesesuaian agroklimat yang mendukung serta kultur masyarakatnya yang agraris, merupakan modal dasar untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pembangunan pertanian, melalui program peningkatan ketahanan pangan daerah, peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.

Potensi pertanian yang telah dikelola sebesar 274.401 Ha yang terdiri dari lahan kering 219.727 Ha, lahan sawah tadah hujan 25.985 Ha, irigasi desa 14.393 Ha, Irigasi 1/2 teknis 3.013 Ha dan irigasi teknis 11.283 Ha serta lahan potensial untuk percetakan sawah baru seluas 20.600 Ha.


Produksi komoditas potensial yang telah dicapai antara lain : padi 348.859 ton GKP, jagung 14.616 ton, ubi jalar 9.216 ton, kacang tanah 896 ton, kedele 970 ton, kacang hijau 1.487 ton, ubi kayu 68.624 ton, sayuran 2.499 ton dan buah-buahan antara lain : jeruk 109.483 ton, rambutan 17.378 ton, manggis 13,8 ton, durian 81.595 ton dan markisa 63,4 ton.
 G.   Potensi Peternakan
Pengembangan dan peningkatan usaha peternakan di Propinsi Sulawesi Barat dapat dilihat dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan pasar. Potensi sumber daya alam sangat mendukung kegiatan pengembangan usaha peternakan, misalnya kegiatan budidaya ternak, pengembangan ternak, pengelolaan pasca panen.
Tersedianya lahan kering (218.363 Ha), lahan basah (56.038 Ha) dapat dijadikan lahan pengembangan peternakan dan sebagai sumber hijauan makanan ternak.


Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Perkembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat dari Tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terus membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka PDRB (atas dasar harga berlaku) yang selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilainya telah mencapai sekitar Rp. 9.484.834 Milyar Rupiah atau terjadi peningkatan sekitar 0.96 % bila dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan Sulawesi Barat terhadap perekonomian Nasional relatif masih sangat kecil.

Perlu diketahui bahwa Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun 2010 di Semester I mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi Nasional bahkan dunia. Pada saat itu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat mencapai 15,09 %, jauh diatas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional yang berada pada angka 1 digit yaitu 5,95 %.

0 komentar:

Posting Komentar